my Artworks

Senin, 31 Januari 2011

OPERATION TAKEDOWN (Hacker vs Cracker)

share to whatsapp Di media dan masyarakat, ada anggapan bahwa penjahat komputer yang suka merusak adalah hacker. Padahal hacker tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Seorang ABG dapat duduk dibelakang meja komputer berjam-jam, masuk ke sistem dan men-delete atau menghancurkan apa saja yang bisa ia hancurkan. Ia akan dikenal dengan cracker, bukan hacker.
perbedaan mendasar antara cracker dengan hacker.
Cracker didefinisikan sebagai seseorang yang masuk ke sistem orang lain, biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi program komputer atau secara sengaja melawan keamanan komputer. Cracker dapat mengerjakan hal lain untuk keuntungan, maksud jahat atau karena sebab lainnya semata-mata karena ada tantangan. Beberapa proses pembobolan dilakukan karena lemahnya sistem keamanan komputer, dan untuk menunjukan kelemahan sistem itu sendiri.
Hacker pada dasrnya merupakan sebutan untuk seseorang yang pandai atau seseorang yang jempolan dalam membuat atau mendesain suatu program. Proses pembuatan program oleh seorang hacker biasanya disebut hacking.
Eric Raymond memaparkan 5 ciri seorang hacker :
1. Suka mempelajari bahasa pemrograman atau sistem secara rinci.
2. Dapat melakukan pemrograman, tidak hanya teori.
3. Menghargai atau menikmati hasil hacking orang lain.
4. Dapat dengan cepat belajar pemrograman.
5. Ahli dalam bahasa pemrograman tertentu atau sistem tertentu.

Film Operation Takedown yang diadaptasi dari sebuah buku yang ditulis oleh Jhon Markoff dan Tsutomu Shimomura, menampilkan sepak terjang seorang cracker bernama Kevin Mitnick sekitar tahun 1992, yang menobatkan dirinya sebagai penjahat komputer paling dicari di seluruh wilayah Amerika Serikat (USA). Kevin Mitnick memulai aksinya dengan menyusup ke sistem beberapa perusahaan telepon seperti Nokia dan Samsung. Ia men-download file-file dari perusahaan-perusahaan yang membuat perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kerugian yang sangat besar. Akibat aksinya ini, mitnick masuk dalam daftar penjahat komputer dan diburu oleh pemerintah federal (FBI). Dengan dalih hanya ingin tahu, sepak terjang mitnick tidak berakhir di sini.
Kevin Mitnick berburu informasi, mencari cybertrophies, serta mencari tantangan yang lebih besar. Mengetahui ia diburu oleh FBI, mitnick akhirnya menyusup Switch Akses Service (SAS), yang merupakan sistem layanan dan merubah atau menyadap sistem dari layanan tersebut. Dengan menyusup ke sistem SAS, mitnick pun mengetahuai rencana dari FBI terhadap dirinya.
Menanggapi tindakan mitnick ini, pemerintah federal (FBI) mendatangkan seorang hacker bernama Tomu Shimamura untuk menandingi kehebatan Mitnick sekaligus memperbaiki sistem keamanan komputer yang ada. Melihat keadaan pada saat itu, Shimamura mengambil tindakan awal yakni dengan terlebih dahulu mencari dan mendapatkan kode Nokitel. Sebagai seorang hacker, shimamura nampaknya lalai sehingga kode Nokitel yang diingikannya pun terlebih dahulu disusup oleh Mitnick. Kevin Mitnick akhirnya merubah bahkan menutup sistem tersebut sehingga Shimamura tak dapat mengaksesnya lagi.
Untuk mengembalikan keadaan, sebuah sistem atau program dihacking Shimamura dalam bentuk Virus yang diberi nama Contempt untuk memblok akses Nokitel dari Mitnick. Sebagai seorang cracker, Mitnick berusaha untuk memecahkan kode virus dari Shimamura tersebut. Namun Mitnick harus melakukan hal itu di laboratorium sebuah universitas yang menjadi pusat sistem keamanan komputer. Berbagai cara penyamaran ia lakukan untuk dapat masuk ke laboratorium tersebut. Usaha Mitnick berhasil, namun pada akhirnya dia ditangkap FBI.
Meski sudah ditangkap dan dipenjarahkan, pengaruh Mitnick sebagai seorang cracker masih berlangsung, dimana semua program atau sistem yang diakses dengan internet tidak dapat dilakukan atau diakses oleh semua orang bahkan seorang hacker seperti Shimamura sekalipun. Semua akses hanya bisa dilakukan oleh seorang Kevin Mitnick (Free Kevin).

Jumat, 21 Januari 2011

E-GOVERNMENT

share to whatsapp

E-GOVERNMENT

Aplikasi Internet sudah semakin pesat digunakan untuk e-commerce dan berkembang kepada pemakaian aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan yang dikenal dengan e-government.

Definisi E-goverment :

1. menurut Holmes (2000), E-Gov didefinisikan sebagai “Kegunaan Teknologi Informasi untuk memberikan/menyajikan pelayanan kepada publik dengan lebih nyaman, berorientasi pada konsumen, mengefektifkan biaya, dan secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari sebelumnya.

2. (Fang, 2002; Seifert and Bonham, 2004) mendefinikan E-government merupakan sebuah cara bagaimana pemerintah menggunakan teknologi informasi khususnya aplikasi internet berbasis web, untuk menyediakan akses yang mudah terhadap informasi pemerintah dan menyediakan pelayanan publik, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan, serta melakukan transformasi hubungan antara pejabat publik dengan penduduk dan juga bisnis.

3. definisi dari Bank Dunia[2], yaitu pemanfaatan Teknologi Informasi (seperti Wide Area Network, Internet, Mobile Computing) oleh agen pemerintah yang mampu mentransformasi hubungan dengan penduduk, bisnis serta unit pemerintah lainnya.

Pada umumnya E-government sendiri merupakan penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada masyarakat. E-Gov atau Electronic Government merupakan bentuk dari implementasi penggunaan teknologi informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik. Yaitu bagaimana pemerintah memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui sebuah portal web. Semua organisasi pemerintahan akan terpengaruh oleh perkembangan e-government ini. E-government dapatlah digolongkan dalam empat tingkatan. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi melalui website. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor pemerintahan melaui e-mail. Tingkat ketigaadalah masyarakat pengguna dapat melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir adalah integrasi di seluruh kantor pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan transaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data base bersama.

Berikut contoh penerapan egoverment di beberapa negara :

1. PEMBAYARAN PAJAK SECARA ONLINE DI CALIFORNIA (USA)

Franchise Tax Board (FTB) atau dinas perpajakan california sebenarnya sudah membangun Electronic Fund Transfer, yang bisa digunakan oleh pembayar pajak melalui transfer rekening, membangun website (1996), dan yang paling majua adalah membangun “e-pay”, sistem di mana FTB bisa melakukan debit atas rekening pembayar pajak, yaitu pada tahun 1999. Namun demikian, seiring dengan berbagai perkembangan, dirasakan perlunya inisiatif e-Government sebagai usaha untuk memberkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.


Ø Menyediakan formulir internal, panduan, publikasi dan aplikasi secara online. Formulir ini bisa diisi oleh customer secara online dan diproses juga secara online.

Ø Memberikan pengalaman menarik dalam pemrosesan pajak secara online. Tidak mudah untuk menyajikan kenyamanan dan kemudahan kepada pembayar pajak secara online. Namun demikian, portal pajak dibangun dengan kemudahan bagi konsumen untuk penggunannya, dan berdasar pada kepentingan dan manfaat yang akan mereka peroleh.

Ø Menyediakan akses iformasi dan komunikasi secara online sehingga memudahkan pembayar pajak untuk berkonsultasi dan bertanya jika perlu.

Ø Penyediaan proses transaksi pembayaran pajak secara online. Dengan demikian pembayar pajak bisa melakukan transaksi di depan komputer mereka di manapun dan kapan pun mereka berada.

Ø Mengirikan informasi kepada pembayar pajak secara online melalui email dan newsletter yang dikirim secara rutin.

2. PENGEMBANGAN KARTU IDENTITAS ELEKTRONIK NEGARA ITALIA

dentitas tunggal bagi setiap penduduk akan memudahkan berbagai pihak dalam mendapatkan layanan pemerintah. Di Italia, kartu identitas nasional ini dinamakan Electronic Identity Card (EIC). EIC mempunyai dua fungsi penting. Pertama, sebagai bukti bahwa ia adalah penduduk Italia yang sah, dan kedua sebagai akses untuk mendapatkan berbagai pelayanan pemerintahan secara online.


Ø Penduduk mendatangi kantor-kantor pemeintah lokal untuk melakukan proses pendaftaran

Ø Penduduk membawa bukti-bukti identitas fisik yang selama ini telah dikeluarkan oleh pemerintah lokal sebagai bukti kependudukan.

Ø Setelah data-data personal diterima, dilanjutkan dengan foto dan tanda tangan untuk selanjutnya dicetak dalam kartu plastik.

Ø Kartu siap digunakan, disretai dengan PIN, dan sertifikat digital yang akan jadi identitas untuk penggunaan semua layanan masyarakat secara online.

3. PORTAL CANGGIH LAYANAN ONLINE DI KOTA BREMEN

Pemerintah kota Bremen membangun portal Bremen-Online-Service sebagai portal informasi dan transaksi layanan pemerintah untuk masyarakat Bremen. dengan teknololgi keamanan dan enkripsi yang semakin maju memungkinkan masyarakat umum dan bisnis melakukan berbagia transaksi elektronik melalui portal ini. Layanan online di Bremen ini merpakan salah satu yang berkembang baik di Eropa.


Ø Pembuatan kartu identitas elektronik yang berlaku sebagai identitas nasional adalah salah satu kunci utama agar pelayanan individual secara online bisa dilaksanakan. Kartu identitas elektronik tidak hanya berfungsi sebagai kartu pengenal, tetapi juga dilengkapi tanda tangan digital untuk proses otentifikasi dan otorisasi. Sebagai identitas pribadi dan akses masuk untuk mendapatkan layanan pemerintah yang disediakan secara online. Setiap pribadi mempunyai identitas unik yang dilengkapi password sehingga sulit dipalsukan orang lain. Tanda tangan digital berfungsi juga sebagai password untuk proses enkripsi dokumen. Dokumen yang dikirimkan hanya bisa diakses oleh orang yang dituju lewat tanda tangan digital. Artinya, walaupun suatu dokumen bisa di-download oleh orang lain, tetapi tidak akan bisa dibaca tanpa adanya tanda tangan digital dari orang yang berwenang membukanya.

Ø standarisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus diselesaikan. Standarisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya komunikasi dan integrasi antara satu aplikasi dengan aplikasi yang lain. Standarisasi juga akan memudahkan dalam proses pengembangan aplikasi sesuai dengan dinamika yang berkembang. Yang dilakukan pertama kali adalah melakukan standarisasi untuk Online Service Customer Interface (OSCI), dan penyesuaian aplikasi lokal maupun nasional dengan standar tersebut.

Ø Seiring dengan pengembangan pada aspek keamanan dan identitas pengguna, aplikas-aplikasi yang akan diberikan secara online juga mulai dibangun. Pembangunan aplikasi ini tentu saja melibatkan pemerintah dan berbagai divisinya karena merekalah yang akan menjalankan prses bisnisnya. Layanan dalam Bremen Online Service dikembangkan melalui konsep life situation, di mana pemerintah mengidentikasi semua kebutuhan yang diperlukan sepanjang kehidupan keseharian masyarakat Bremen. Masyarakat bisa mengakses layanan dan memilih layanan apa saja yang sesuai dengan kebutuhan ataupun kesenangannya.

4. SOLUSI PEMERINTAH INGGRIS MEMBANGUN KERANGKA INTEROPERABILITAS

Pelaksanaan e-Government membutuhkan keterikatan kerja antardeparteman pemerintahan dan semua sektor yang tergabung di dalamnha.

Karena itulah pemerintah Inggris kemudian membentuk apa yang disebut sebagai e-Government Interoperability Framework (GIF) yang mengatur standar kebijakan prosedur dan sistem informasi untuk menjamin aliran informasi antardepartemen pemerintahan dan dengan dunia luar berjalan dengan lancar.


Ø Terdapat tiga area teknis yang tercakup dalam standar dan kebijakan ini, yaitu interkonektivitas, integrasi data, dan akses informasi. Interkoneksivitas menyangkut bagaimana aturan tentang jaringan dan operasional antaraplikasi, integrasi data mengatur tentang proses pertukaran dan integrasi data secara nasional, sedangkan akses informasi yang tercakup dalam interkonektivitas meliputi jaringan, keamanan jaringan, email, domain, transfer file, dan lain-lain.

Ø Penerapan XML (Extensible Mark-up Language) dan XSL (Extensible Stylesheet Language) sebagai bahasa standar akan menjadi batu landasan bagi strategi integrasi dan pertukaran data. Namun demikian, koneksi antaraplikasi juga membutuhkan skema dan standar yang sama tentang data yang akan dipertukarkan. Standar penulisan data karenanya menjadi mutlak, di mana hal ini diketahui dan dipahami bersama baik oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat.

Ø Proses pengelolaan mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab, dan yang juga penting adalah manajemen perubahan. Tugas pemerintah adalah menjadi koordinator utama untuk melihat bagaimana proses setiap aplikasi bisa saling beroperasi dengan baik dan menjamin bahwa integrasi data, dan pembangunan semua aplikasi yang berhubungan dengan e-Government berjalan dengan lancar. Untuk kalangan industri, tugasnya adalah memberikan masukan kepada pemerintah tentang apa dan bagaimana sistem informasi pada setiap industri sertapemanfaatannya untuk kepentingan nasional. Karena e-Government bertujuan untuk mengembangkan layanan pemerintah secara lebih baik kepada masyarakat, masyarakat berhak untuk mengajukan usulan, komentar, dan kritik terhadap aplikasi yang sedang berjalan.

Dari contoh penerapan egovernment di beberapa negara di atas, secara umum penerapan egovernment dapa di gambarkan seperti gambar di bawah ini :


Tingkatan layanan atau tahapan pengembangan egovernment secara umum antara lain :

1. Menerbitkan Informasi tentang diri sendiri bagi kepentingan warga dan kalangan bisnis (lewat web/internet)—juga menyediakan fasilitas komunikasi dua arah.

2. Aplikasi Intranet yang memungkinkan data dapat dikumpulkan (online), diolah, dan disebarluaskan dalam bentuk baru (agar lebih efisien); meskipun sebagian proses pemberian servis tetap secara offline, publik dapat memantau kinerja secara online.

3. Aplikasi Extranet yang memungkinkan warga wilayah dapat mengisi blanko aplikasi secara online (lewat internet).

Manfaat e-government

Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;

Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan

Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

Senin, 10 Januari 2011

TEORI MOTIVASI

share to whatsapp

TEORI MOTIVASI

Terdapat bermacam-macam teori mengenai motivasi. Satu perangkat teori menganggap kekurangan kebutuhan sebagai kondisi pendorong yang menimbulkan presdiposisi tertentu untuk berprilaku. Sementara suatu teori lain menganggap harapan dalam lingkungan sebagai menimbulkan bentuk-bentuk tertentu tujuan dan indakan ysng mengikutinya.

Secara garis besarnya, teori motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu teori isi (content theory) dan teori proses (process theory).

A. TEORI ISI (CONTENT THEORY)

Teori isi terdiri dari 4 teori pendukung, yaitu :

  1. Teori Hirarki Kebutuhan ( A. Maslow)
  2. Teori E-R-G ( Clayton Alderfer)
  3. Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland)
  4. Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)

1. Teori Hierarki

Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan kita terdiri dari lima kategori :

v fisiologis (physiological),

v keselamatan atau keamanan (safety and security),

v rasa memiliki atau social (belongingness and love),

v penghargaan (esteem),

v aktualisasi diri (self actualizatin).

Menurutnya kebutuhan-kebutuhan ini berkembang dalam suatu urutan hierarkis, dengan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling kuat hingga terpuaskan. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh atas kebutuhan-kebutuhan lainnya selama kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Suatu kebutuhan pada urutan paling rendah tidak perlu terpenuhi secara lengkap sebelum kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi menjadi aktif.

2. Teori ERG

Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah ;

v Eksistence (E) atau Eksistensi

Meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

v Relatedness (R) atau keterkaitan

Menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita, seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja.

v Growth (G) atau pertumbuhan

Meliputi kenginginan kita untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan kita.

Alderfer menyatakan bahwa :

Pertama :

bila kebutuhan akan eksistensi tidak terpenuhi, pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori-kategori kebutuhan lainnya mungkin masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.

Kedua :

meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.

Jadi secara umum mekanisme kebutuhan dapat dikatakan sebagai berikut

v Frustration – Regression

v Satisfaction - Progression

3. Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland)

Menurut McClelland, ada tiga hal yang sangat berpengaruh, yang memotivasi seseorang untuk berprestasi. Ke tiga motif itu adalah ;

v Achievement Motive (nAch): Motif untuk berprestasi

v Affiliation Motive (nAff): Motif untuk bersahabat.

v Power Motive (nPow) : Motif untuk berkuasa

Achievement

Masyarakat dengan keinginan berprestasi yang tinggi cenderung untuk menghindari situasi yang berisiko terlalu rendah maupun yang berisiko sangat tinggi. Situasi dengan resiko yang sangat kecil menjadikan prestasi yang dicapai akan terasa kurang murni, karena sedikitnya tantangan. Sedangkan situasi dengan risiko yang terlalu tinggi juga dihindari dengan memperhatikan pertimbangan hasil yang dihasilkan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya mereka lebih suka pada pekerjaan yang memiliki peluang atau kemungkinan sukses yang moderat, peluangya 50%-50%. Motivasi ini membutuhkan feed back untuk memonitor kemajuan dari hasil atau prestasi yang mereka capai.

Affiliation

Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat menginginkan hubungan yang harminis dengan orang lain dan sangat ingin untuk merasa diterima oleh orang lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma dan nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang meberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka kana sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan interaksi solsial. Mereka umumnya akan maksimal dalam pelayanan terhadap konsumen dan interkasi dengan konsumen (customer service and client interaction situations).

Power

Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:

v Personal power

Mereka yang mempunyai personal power motive yang tinggi cenderung untuk memerintah secara langsung, dah bahkan cenderung memaksakan kehendaknya.

v Institutional power

Mereka yang mempunyai institutional power motive yang tinggi, atau sering disebut social power motive, cenderung untuk mengorganisasikan usaha dari rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama.

Manajer dengan institutional power motive yang tinggi umumnya lebih efektif dari manajer dengan individual power motive yang besar. Power motif ini berhububgan erat dengan emotional maturity.

4. Teori Dua Faktor

Herzberg (1966) mencoba menentukan faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia :

v Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atau disebut juga motivator

Meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi.

v Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja

Disebut juga factor pemeliharaan (maintenance) atau kesehata (hygiene), meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih dengan pekerjaan itu sendiri.

B. TEORI PROSES ( Process Theory)

  1. Teori ini juga terdiri dari empat teori pendukung, yaitu :
  2. Equity Theory (S. Adams)
  3. Expectancy Theory ( Victor Vroom)
  4. Goal Setting Theory (Edwin Locke)
  5. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)

1. Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :

v Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar

v Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat macam hal sebagai pembanding, hal itu antara lain :

v Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;

v Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;

v Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;

v Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.

2. Teori Harapan

Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut :

v Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

v Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.

v Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.

Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa :

v Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu

v Hasil tersebut punya nilai positif baginya

v Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang

Dengan kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.

3. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :

v tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;

v tujuan-tujuan mengatur upaya;

v tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan

v tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :

v Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.

v Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.

v Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku.

4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)

v Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”

v Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.

Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.

C. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

v Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.

v Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.

Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat. Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan hangat oleh manajer.

HOSTI BENTUKNYA BUNDAR, MENGAPA ?

  Hosti Bentuknya Bundar, Mengapa ? hai sobat Katolik, kali ini saya membahas tentang tradisi Katolik yaitu menggunakan hosti putih berbent...