Diplomasi internasional
Diplomasi yang paling sederhana dan tertua adalah
diplomasi bilateral antara dua pihak dan biasanya merupakan misi dari kedutaan
besar dan kunjungan kenegaraan Contohnya adalah Persetujuan Perdagangan Bebas
Kanada-Amerikaantara Amerika Serikatdan Kanada.
Jenis lainnya adalah diplomasi multilateral yang
melibatkan banyak pihak dan bisa ditelusuri dari Kongres Wina. PBB adalah salah
satu institusi diplomasi multilateral. Beberapa diplomasi multilateral
berlangsung antara negara-negara yang aku cinta NDD berdekatan atau dalam satu
region dan diplomasi ini dikenal sebagai diplomasi regional
A.
Menurut beberapa Tokoh di Indonesia sebagai berikut :
Diplomat memiliki
kekebalan hukum dan menurut Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik pada
1961, diplomat tidak dapat dituntut. Seorang diplomat yang melakukan kejahatan
besar akan dikembalikan ke negara asalnya dan diadili di sana.
« Menurut Mantan Wakil Presiden
Jusuf Kalla
mengatakan diplomasi internasional Indonesia makin lemah. Lemahnya diplomasi
internasional Indonesia dinilai karena diplomasi yang dilakukan kurang tegas
dan hanya ingin menyenangkan semua pihak.
"Diplomasi
kita sekarang kurang tegas karena kita inginnya menyenangkan semua pihak. Kita
terlihat selalu ragu sehingga malah tidak dihargai orang," kata Jusuf
Kalla di pesawat pribadinya dalam perjalanan dari Phom Penh Kamboja ke Padang,
Sumbar, Kamis (2/12).Beberapa waktu ini dalam berbagai persoalan dengan negara
lain seperti soal TKW dengan Malaysia maupun Arab Saudi, diplomasi Indonesia
dirasakan sangat lemah.
Lebih lanjut Ketua
Umum PMI ini menjelaskan bahwa dalam diplomasi internasional dibutuhkan sikap
tegas dan kadang harus keras untuk menyatakan keyakinan kita. Namun tambah
Jusuf Kalla sikap tegas dan keras harus dilakukan dengan santun tidak kasar
sehingga bisa dihormati negara lain.
"Kalau kita
bersikap maka akan dihormati orang asal tidak dilakukan dengan kasar,"
kata Kalla. Menurut Kalla
sikap tegas tersebut tidak menyalahi prinsip politik bebas aktif. JK menilai
selama ini prinsip bebas aktif sudah benar hanya penerapannya yang tidak tepat.
"Kalau kita
punya sikap tegas, kita akan punya posisi tawar yang tinggi," kata JK.
JK menegaskan jika diplomasi yang dilakukan hanya untuk
menyenangkan semua pihak maka tidak akan memutuskan sesuatu. Karena itu
tambahnya justru tidak akan dihargai orang lain.(ant/waa)
« Menurut Pengamat Hukum Tata Negara dari Universitas
Andalas Padang,
Yuslim, SH, MH
mengingatkan, Pemerintah Indonesia agar meningkatkan diplomasi internasional di
dalam mengakhiri perjuangan panjang GAM. "Diplomasi internasional yang
meluas ke sasaran-sasaran yang selama ini bersimpati dengan perjuangan GAM,
akan menjadi penentu kekalahan gerakan separatis itu di medan diplomasi maupun
di medan perang di Aceh," ujarnya. Selama ini Indonesia sepertinya
kewalahan menghadapi gelombang diplomasi GAM yang bergerak dari luar (Swedia).
Bahkan ada indikasi
GAM juga mendapat dukungan mesin perang dari Timur Tengah. Bersamaan dengan
dukungan politik dan militer yang diraih dari dunia luar, GAM semakin leluasa
melakukan propaganda hitam terhadap RI di luar negeri dengan mengangkat isu-isu
pelanggaran HAM yang sangat sensitif di negara-negara Barat.
Dari propaganda
hitamnya itu, GAM memetik simpatik masyarakat internasional, sehingga mampu
mempetakan diri sebagai gerakan perlawanan yang patut diperhitungkan dalam
konstelasi politik global. Ini terbukti dalam setiap perundingan internasional
dengan RI, justru GAM tetap bersikukuh pada posisinya yang tidak
mengenyampingkan impiannya untuk mendirikan Negara Aceh Merdeka dan berdaulat.
Sementara di pihak
lain, RI juga tetap pada komitmennya untuk berkata `no` terhadap setiap isu
kemerdekaan Aceh, atau tetap pada posisinya berunding dengan GAM dalam kerangka
Negara Kesatuan RI. "Sikap RI sudah sangat tepat, dengan tidak
mengkompromikan berdirinya sebuah negara dalam negara. Namun demikian
perundingan yang berlarut-larut tanpa hasil konkrit akan sangat riskan terhadap
eksistensi RI."
Dengan demikian,
bila setiap perundingan yang difasilitasi komunitas internasional selalu
mengalami kegagalan, sebaiknya RI mengambil langkah diplomasi agresif, dengan
menggalang dukungan Internasional bagi penghancuran secara militer basis GAM di
Aceh, bila GAM benar-benar bersikukuh dengan sikapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar